Anak yang susah di tebak. Anak yang pintar, rajin, cekatan, itulah kesan pertama di mataku. Ternyata penilaian itu gak salah, bahkan bukan aku saja yang menilai dia begitu. Cerita mengenai keadaan rumahnya membuat semakin percaya kalau anak ini bisa diandalkan. Anak ini berasal dari keluarga yang bisa dibilang dr keluarga ekonomi menengah kebawah, keaadaan ibunya yg harus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan berjualan kue keliling. Awalnya gak percaya kl ibu-ibu yang jual kue itu adalah ibu si anak itu, karena dari rampang si anak itu gak mirip ibu - ibu penjual kue..anak itu bersih, berpakaian rapi, terlihat sopan sedangkan ibu-ibu kue itu maaf ya..terlihat lusuh. Tapi anak itu gak malu membantu ibunya berjualan di depan sekolah. Sungguh jarang sekali anak-anak sekarang yang masih mau bantu ibunya jualan kue di depan sekolahnya. Hari demi hari mulai mengenal anak ini lebih dekat lagi, mulai tau cerita tentang kehidupan keluarganya, ayahnya yang mempunyai istri lagi meski tidak pernah memberi nafkah untuk keluarganya, kakaknya yang semakin hari makin bandel. Dia sering ngeluh tidak pernah betah kalau dirumah. Kehidupan seberat ini harus dia alami, dia harus membantu ibunya menjaga adiknya yg masih kecil, kadang membantu menggoreng kue-kue yang mau di jual, dia masih harus mendengarkan keluh kesah ibunya. Oh.sungguh beruntungnya diriku, diusiaku segitu masih bisa menikmati hangatnya keluarga. Semakin mengenal anak itu bukan semakin percaya tapi semakin tidak yakin dengan sikap baiknya dia. Awalnya dari kasus pertama, anak ini mulai pacaran dengan adek kelas. Awalnya aku pikir biasa aja, karena anak seusianya memang masa-masa menyukai lawan jenis tp ternyata dia hanya memanfaatkan keadaan karena dia tau sigadis ini suka sama dia. Huh...anak ini sudah memanfaatkan kepandainya untuk hal2 yang gak baik. Kemudian muncul kasus kedua, anak ini mulai terlihat kelicikannya ( sudah bukan pandai lagi) dia benar 2 bisa memanfaatkan keadaan untuk kepenting
pribadinya. Dia memanfaatkan kesalahan guru untuk menutupi kesalahannya, dia memanfaatkan kepercayaan guru untuk kesalahannya Dua hal yang sangat jauh berbeda "kesalahan dan kepercayaan" dimanfaatkan olehnya secara bersamaan.
Sungguh luar biasa anak ini..
Kenapa dengan anak ini??
Apakah di sekolah maasih kurang untuk sering mengingatkan dan memperhatikan dia ? Tapi seperti nggak, gak kurang - kurang mengingatkan dan memperhatikan dia.
Apakah dari faktor keluaga? Keluarga yang gak hangat menurutnya, keluarga yang membuat dia merasa tidak nyaman. Dua kondisi yang lingkungan yg sangat bertolak belakang.
Sayang sekali jika dia harus terjebak dalam keadaan yang membuat dia tidak mampu menggunakan kepandaiannya untuk hal hal yang positif.
Saat ini dia sudah mulai mampu mengendalikan diri dan mudah2an ini benar - benar dia yang sebenarnya.
Keluarga adalah tempat paling utama untuk menimba ilmu... Jangan sia sia kan waktu saat bersama anak 2 di rumah, kenyamanan mereka saat bersama keluarga sangat berpengaruh dengan kepribadian mereka.
Kekompakan bukan hanya di dalam keluarga saja tapi dengan linglungan- lingkungan dimana anak - anak menimba ilmu.
Iya Bu Herlin, doaku juga sama :)
BalasHapus